Sabtu, 25 September 2010

Dragonfly

Saya suka sekali capung. Sebenarnya saya juga suka lebah, tapi untuk kali ini saya akan bicara tentang capung.
Kenapa saya suka capung?
Saya mengagumi hampir semua binatang yang bisa terbang. Tidah semua tapi banyak, dan salah satunya adalah capung. Capung memiliki banyak warna dan sayabnya transparan. Tidak rapuh seperti kupu-kupu. Capung adalah penerbang paling cepat di udara. Kecepatanya lebih dari 100km/jam. Dalam satu hari bisa menempuh jarak sampai 130km. Tidak ada pesawat apapun yang bisa mengalahkan konstruksi capung.
Di seluruh dunia ada 5000 jenis capung, dan 750 diantaranya adalah jenis asli dari Indonesia. Biasanya capung banyak terdapat di daerah tropis, dibagi menjadi dua jenis, capung terbang dan capung hinggap. Capung terbang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan terbang, sementara yang capung hinggap lebih sering hinggap, mereka sering ada di daerah yang ada airnya. Karena itu mereka juga berfungsi sebagi bio indicator untuk kondisi perairan suatu tempat. Mereka juga punya kebiasaan hinggap ditempat yang sama berkali-kali.
Capung mengalami metamorphosis tidak sempurna. Berawal dari telur, lalu larva atau yang disebut “kimi-kimi”, dan lalu capung. Masa hidup dari capung mulai dari telur sampai mati, mencapai 6 bulan sampai 6 atau 7 tahun. Dari telur akan menetas menjadi kimi-kimi memerlukan waktu 5 sampai 40 hari. Kimi-kimi adalah larva capung yang tinggal di air. Sebagian besar waktunya adalah sebagai kimi-kimi. Kimi-kimi adalah predator untuk binatang-binatang air yang ukurannya hamper sama dengannya, bahkan kimi-kimi bisa memakan ikan kecil. Kemudian kimi-kimi akan morf menjadi capung, saying saya tidak tahu umur berapa biasanya kimi-kimi morf menjadi capung. Saat menjadi capung, makanan mereka adalah serangga kecil-kicil dan hama yang ada di sawah.
Karena itulah saya suka capung, mereka mempunyai warna yang bermacam-macam, kuning keemasan, hijau, biru, merah, putih. Nama yang paling popular adalah, “Red Dragonfly”.
Sayab capung yang transparan mempunyai pola seperti jarring. Sama seperti sidik jari pada manusia, atau belang pada macan tutul, setiap pola jarring pada sayab capung tidak ada yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar