Sabtu, 25 September 2010

Love isn’t always

Menyukai seseorang itu menyenangkan, menjengkelkan.
Kalau di novel, dari awal pasangannya sudah diputuskan, dan diakhir cerita mereka akan jadi pasangan yang bahagia.
Kalau di komik, lebih dari iu, pemeran utama cewek malah disukai lebih dari satu orang, meskipun pada akhirnya pemeran utama cowok yang dapat.
Kenyataannya tidak seperti itu. Karena masa depan kita, belum tentu seperti yang kita inginkan atau kita pikirkan. Katanya, “ Manusia berencana, Tuhan tertawa,”
Tapi kurasa memang benar, saat menyukai seseorang, semua tidak sama seperti sebelumnya.
Seperti dunia yang tidak pakem. Naik turun tidak jelas.
Kata-kata romantic yang ada di novel, komik lagu-lagu cinta, jadi lebih jelas artinya. Namanya ada di keplaku dan di ujung lidahku.
Rasanya jadi mengerti tentang ketakutan dan rasa tidak percaya diri dan berpikir, kalau kukatakan perasaanku ini padanya, apakah kau akan menhilang dari hadapanku.
Senang sekali saat kau bercerita tentang dirimu, rasanya seperti diberi sedikit kepercayaan.
Menjadi bodoh dengan harapan yang tinggi, percaya dengan apapun yang dikatakannya.
Melakukan sesuatu diluar kebiasaan seperti membuatkan bento atau menulis puisi.
Berusaha sekuat tenaga dan berharap. Berpikir kalai yang kulakukan untuknya adalah keinginanku sendiri.
Sampai pada titik, aku sadar, apapun yang kulakukan tidak ada artinya bagimu. Karena perasaan ini hanya sepihak.
Kalau aku bisa mundur sedikit dan melihat diluar diriku, aku akan melihatnya dan tersenyum malu.
Merasa beruntung karena punya kesempatan untuk merasakannya.
Beruntung karena aku lebih hidup dan berwarna.
Cinta tidak harus seperti yang kau pikirkan, tapi itu tetap saja warna yang berbeda yang memperindah hidupmu.
Kupikir cinta itu adalah jalan yang penuh bunga.
Mungkin memang ada bungannya, tapi jalannya naik turun dan berkelok.
Yang kupikirkan tentang cinta adalah bicara berdua ditempat yang hangat dan ramai.
Ternyata cinta kadang-kadang adalah diam dan melihat punggungnya.
Yang kupikirkan tentang cinta adalah, dia bicara dan aku mendengarkan, atau aku bicara diapun mendengarkan.
Tapi ternyata cinta kadang duduk sendiri mendengarkan music dan menulis.
Yang kupikirkan tentang cinta itu jalan bergandengan tangan.
Ternyata lebih tepat dibilang cinta itu berdiri melihat hujan dan menyukai baunya.
Kupikir setiap tangan yang terulur akan disambut.
Tapi kadang-kadang yang harus kau lakukan adalah memasukkan tanganmu ke saku dan melangkah maju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar